Rabu, 31 Oktober 2012

8 Energi Alternatif Potensial


Sumber energi alternatif mulai populer di seluruh dunia, menggangtikan sumber energi fosil yang perlahan-lahan mulai habis. Berdasarkan kebijakan Amerika Serikat tentang sumber energi, ada delapan sumber energi alternatif yang berpotensi untuk menggantikan peran minyak dan gas.


1. Ethanol
   Merupakan bahan bakar yang berbasis alkohol dari fermentasi tanaman, seperti jagung dan gandum. Bahan bakar ini dapat dicampur dengan bensin untuk meningkatkan kadar oktan dan kualitas emisi. Namun, ethanol memiliki dampak negatif terhadap harga pangan dan ketersediannya.

2. Gas Alam
   Gas alam sudah banyak digunakan di berbagai negara yang biasanya untuk bidang properti dan bisnis. Jika digunakan untuk kendaraan, emisi yang dikeluarkan akan lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan minyak. 
Akan tetapi, efek rumah kaca yang dihasilkannya 21 kali lebih buruk.

3. Listrik
   Listrik dapat digunakan sebagai bahan bakar transportasi, seperti baterai. Tenaga listrik dapat diisi ulang dan disimpan dalam baterai. Bahan bakar ini menghasilkan tenaga tanpa ada pembakaran ataupun polusi, namun sebagian dari sumber tenaga ini masih tercipta dari batu bara dan meninggalkan gas karbon.

4. Hidrogen
   Hidrogen dapat dicampur dengan gas alam dan menciptakan bahan bakar untuk kendaraan. Hidrogen juga digunakan pada kendaraan yang menggunakan listrik sebagai bahan bakarnya. Walaupun begitu, harga untuk penggunaan hidrogen masih relatif mahal.

5. Propana
   Propana atau yang biasa dikenal dengan LPG merupakan produk dari pengolahan gas alam dan minyak mentah. Sumber tenaga ini sudah banyak digunakan sebagai bahan bakar. Propana menghasilkan emisi lebih sedikit dibandingkan bensin, namun penciptaan metananya lebih buruk 21 kali lipat.

6. Biodiesel
   Biodiesel merupakan energi yang berasal dari tumbuhan atau lemak binatang. Mesin kendaraan dapat menggunakan biodiesel yang masih murni, maupun biodiesel yang telah dicampur dengan minyak. Biodiesel mengurangi polusi yang ada, akan tetapi terbatasnya produk dan infrastruktur menjadi masalah pada sumber energi ini.

7. Methanol
   Methanol yang juga dikenal sebagai alkohol kayu dapat menjadi energi alternatif pada kendaraan. Methanol dapat menjadi energi alternatif yang penting di masa depan karena hidrogen yang dihasilkan dapat menjadi energi juga. Namun, sekarang ini produsen kendaraan tidak lagi menggunakan methanol sebagai bahan bakar.

8. P-Series
   P-series merupakan gabungan dari ethanol, gas alam, dan metyhltetrahydrofuran (MeTHF). P-series sangat efektif dan efisien karena oktan yang terkandung cukup tinggi. Penggunaannya pun sangat mudah jika ingin dicampurkan tanpa ada proses dengan teknologi lain. Akan tetapi, hingga sekarang belum ada produsen kendaraan yang menciptakan kendaraan dengan bahan bakar fleksibel.

Selasa, 24 Agustus 2010

Pengembangan Panas Bumi, Pertamina Butuh Rp18 T


Tuesday, 24 August 2010
energiterbarukan.net- PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) memerlukan US$2 miliar atau sekitar Rp18 triliun untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) dengan kapasitas 1000 megawatt (MW) pada 2014.

Direktur Utama PGE Abadi Poernomo mengatakan kebutuhan pendanaan sebesar itu akan dipenuhi dari pinjaman dari luar negeri seperti  Inggris, Prancis, Jerman, Jepang, dan Bank Dunia. "Kami membutuhkan US$2 miliar atau Rp18 triliun, itu akan kami penuhi dari pinjaman,"ujar dia di Jakarta Selasa 24 Agustus 2010.
Abadi menjelaskan, dalam waktu dekat juga pihaknya bakal segera mengerjakan PLTP Karaha Bodas dengan kapasitas 30 MW, kemudian selanjutnya menyusul membangun di wilayah lain yaitu  Lahendong di Sulut, Sibayak, Ulubelu di Lampung, Lumutbalai, Hululais, Kotamubagu, dan Sungai Penuh di Jambi.
"Dengan adanya Kepmen ESDM nomor 32/2010, harga jual listrik dari PLTP ke PLN dipatok sebesar 9,7 sen per kwh maka pembangunan PLTP itu sudah sangat layak,"tuturnya.

Hanya saja, menurut dia, jangkauan  jaringan dari PLN untuk mencapai titik-titik PLTP yang letaknya tidak bisa terlalu jauh dari sumber panas bumi yang ada, serta belum adanya interkoneksi di seluruh Sumatra dan pulau lainnya, serta interkoneksi Jawa-Sumatra.

"Kita akan lihat dulu mana yang memungkinkan bisa digarap lebih dulu, karena listrik yang dihasilkan juga harus disalurkan," kata dia.

Untuk membangun PLTP , kata Abadi, bukan perkara mudah pasalnya hampir 60 persen cadangan panas bumi Pertamina Geothermal berada di hutan konservasi yang menurut Undang-Undang (UU) hutan konservasi tidak bisa diganggu sehingga ada kendala tumpang tindih lahan.

PLTMH Silou 2 Hatonduhan Ditargetkan Operasi Tahun Ini


Monday, 23 August 2010
energiterbarukan.net- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Simalungun menargetkan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)  Silou 2 Hatonduhan dengan kapasitas 8 megawatt (MW) dapat beroperasi tahun ini.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Pemkab Simalungun Senin, 23 Agustus 2010 disebutkan saat ini proses pembangunan PLTMH tersebut sudah 70 persen dan total investasi keseluruhan proyek Rp140 miliar.
Jika sudah beroperasi, pendistribusian listrik dari PLTMH tersebut  akan dilakukan oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN persero) Sumatera Utara guna memenuhi kebutuhan listrik di Kabupaten Simalungun sebesar 27,5 MW. Walaupun pendistribusian dilakukan oleh PLN, tetapi pihak pengembang tetap memiliki kewajiban seperti Corporate Social Responsibility (CSR) terutama di wilayah sekitar PLTMH ini.

Untuk merealisasikan pembangunan PLTMH ini bukan perkara mudah pasalnya PLTMH tersebut berada di kawasan hutan lindung, tetapi mengingat kebutuhan listrik di wilayah Simalungun sangat mendesak maka  Pemkab Simalungun telah meminta ijin kepada Menteri Kehutanan RI untuk menggunakan areal ini dengan tidak merusak kawan hutan yang ada dengan menginstruksikan kepada pihak kontraktor agar tetap memelihara kondisi kawasan hutan.

Selain PLTMH Silou 2 ini,  Pemkab juga  membangun PLTMH yang sama dengan memanfaatkan empat titik daerah aliran sungai yaitu satu titik di Kecamatan Raya dengan memanfaatkan aliran sungai Bah Simata dan tiga titik memanfaatkan aliran sungai Bah Karai. Investasi untuk pengembangan 4 titik aliran sungai ini menjadi PLTMH  ini mencapai Rp900 miliar dan akan memproduksi listrik 31 MW dan jika berjalan sesuai jadwal maka proses pengerjaannya akan memakan waktu selama selama dua tahun untuk proses konstruksi sesuai dengan kontrak kepada PLN.


Link terkait : 


PLTSa Gedebage Dibangun 2011


Monday, 23 August 2010
energiterbarukan.net- Pemerintah Kota Bandung siap memulai pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Gedebage pada April 2011 mendatang.

Hal itu diungkapkan oleh Wali Kota Bandung Dadan Rosada seperti dikutip energiterbarukan.net dari harian umum Galamedia, Bandung  Senin 23 Agustus 2010."Konstruksi bangunan akan dipancangkan pada April 2011 mendatang,"ujar dia.
Menurut dia, saat  ini pihaknya telah mengantongi skedul tahapan pembangunan dari mulai persiapan lelang minggu ketiga dan keempat Agustus 2010 hingga pendirian konstruksi bangunan April 2011, dengan demikian ditargetkan pembangunan selesai 2011  dan PLTSa  tersebut  bisa dioperasikan  pada 2012. "Lokasi tepat pembangunan PLTSa berada tidak jauh dari Stadion Utama Sepakbola (SUS) Gedebage yang kini sudah mulai tahap pembangunan,"tuturnya.

Untuk konsep pembangunannya sendiri,kata dia, akan diimbangi dengan pola ruang terbuka hijau yang mengelilingi pabrik pengolahan sampah, diperkirakan proyek ini membutuhkan lahan sekitar 20 hektare (ha)."Sebetulnya dengan lahan 2 ha saja cukup untuk pendirian pabrik, tetapi kan saya inginnya pabrik dikelilingi pohon rimbun jadi sisa dari lahan total 20 ha tadi akan dioptimalkan menjadi kawasan hijau,"kata Dada.

Sementara itu, Kepala Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Dadang Supriatna menambahkan, sampai saat  ini pihaknya sudah berhasil membebaskan 5 ha dari kebutuhan lahan 20 ha."Pembangunan bisa saja dilakukan bertahap sejalan dengan pembebasan sisa lahan yang diperlukan,"papar dia.



Sumber : energiterbarukan.net

Sabtu, 19 Juni 2010

Ilmuwan Jerman Simpan Surplus Energi Pembangkit Energi Terbarukan Dalam Bentuk Metan


Oleh Rahman Budi, Jumat, 14 Mei 2010

Setiap tahun pembangkit listrik yang memanfaatkan potensi energi terbarukan seperti surya dan angin bertambah dalam skala MegaWatt. Namun sayangnya hingga saat ini media penyimpan surplus energi yang dihasilkan oleh pembangkit listrik energi terbarukan masih belum menemukan kematangan teknologinya. Baterai hingga kini memang masih menjadi alternatif utama, namun harganya yang mahal dan keterbatasan siklus isi ulangnya merupakan kendala tersendiri yang kini masih dicarikan penyelesaiannya oleh para ilmuwan.

Beralih dari baterai, para peneliti di Jerman telah menemukan metode baru untuk menyimpan kelebihan produksi listrik dari pembangkit energi terbarukan. Jika selama ini gas dibakar untuk menghasilkan listrik, maka proses tersebut dibalik. Kelebihan energi listrik diubah menjadi gas alam sintetis.

Metode tersebut dikembangkan oleh Center for Solar Energy and Hydrogen Research (ZSW) di Baden-Württemberg, Jerman dan bekerja sama dengan Fraunhofer Institute for Wind Energy and Energy System Technology (IWES) dan 
Solar Fuel Technology, sebuah perusahaan Austria yang bertanggung jawab dalam mempersiapkan implementasinya pada industri.

Proses yang digunakan untuk konversi masih mengandalkan elektrolisa dengan methanisasi, yaitu proses pencampuran antara hidrogen dan karbon dioksida. Hasil reaksi kimia yang terjadi adalah metan sintetis. Keuntungannya adalah gas metan yang dihasilkan bisa dicampur dengan gas alam dan kemudian disalurkan ke infrastruktur saluran pipa distribusi gas yang ada, tanpa perlu pembuatan infrastruktur terpisah.

Sebuah sistem untuk keperluan uji coba juga telah dibangun di fasilitas Solar Fuel Technology di Stuttgart dan berhasil beroperasi sesuai yang diharapkan. Rencananya sistem yang lebih besar akan dibangun dan menghasilkan daya hingga 10MW. 
esciencenews
Ref. http://planethijau.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=47&artid=1281

Selasa, 04 Mei 2010

Trapping light to improve solar cells


 Scientists have uncovered why thinner solar cells with well organised patterns on their surface are better able to trap and absorb light.
The discovery could mean cheaper and more efficient solar cell technology.
Scientists have known that the efficiency of solar cells is improved when light is allowed to bounce inside the cell, increasing the chances that it will be absorbed.
One way to do this is by 'roughening up' the surface of the solar cell so that photons entering the material tend to be reflected inside it.
Reporting on the pre-publication website ArXiv, Dr Zongfu Yu and fellow researchers from Stanford University in California, have calculated the fundamental limit to the amount of light that can be trapped in a nano photonic solar cell.

See More articles...

Jumat, 09 April 2010

Clean Tech Investments Soaring in 2010



Worldwide, investors put $1.9 billion into clean tech startups in the first three months of 2010. That is an 83% increase from the same quarter last year and a 29% increase from the fourth quarter of 2009. Additionally, the number of deals hit a record high.
Sheeraz Haji, president of Cleantech Group, says: “The bounce back in venture investment from lows in early 2009 has continued, with the first three months of 2010 representing the strongest start to a year we have ever recorded.”
The results come from a survey of investments made in 180 companies from North America, Europe, Israel, India, and China.
Electric car-related startups and solar technology startups received the most investment.
$704 million went to electric car-related startups, half of which went to one company — Better Place. Better Place is a Silicon Valley company that has signed contracts to build electric car charging stations and other infrastructure in Australia, California, Canada, Denmark, Hawaii and Israel.

FREE Solar Electric Vehicles! [PICS]


 There are large steps and small steps that can be made to reduce our greenhouse gas emissions and other pollution. I think these solar electric vehicles are something in between, but definitely something to start using!
The Solar Electric Vehicle Company creates innovative electric shuttles (i.e. large golf carts) for universities, resorts, stadiums, governments, shopping malls, airports, arenas, medical centers, etc. that combine electric vehicle (EV) technology with solar power technology. Looks like a good combination.
Not only that, but these vehicles are FREE!
As The Solar Electric Vehicle Company states, “Founded on the principles of national and community involvement, corporate responsibility, and most importantly, environmental responsibility, The Solar Electric Vehicle Company is dedicated to the Greening of America. Using an innovative business strategy and partnering with corporations committed to combating climate change and dependence on foreign oil, The Solar Electric Vehicle Company provides clean and reliable solar-electric shuttles to communities and institutions cost free.”

See More Article >

Selasa, 16 Maret 2010

Pedal Power from Nuru Light Replaces Kerosene with Clean Energy


A clean energy startup called Nuru Lights has come up with a low cost pedal-powered LED light kit that is designed to help households in East Africa and India ditch their kerosene lamps. Kerosene lamps are ubiquitous in the developing world. They’re a notorious fire hazard and can cause carbon monoxide poisoning when improperly vented. In impoverished areas, kerosene soaks up scarce cash that households could use to improve farming or pay school fees.

For communities dependent on kerosene a cleaner, more affordable alternative is a big deal, and Nuru Lights is getting some significant recognition for its efforts. The company has just been named one of 24 semifinalists in this year’s MIT Clean Energy Prize. Earlier this month it won the grand prize of the Global Social Entrepreneurship Competition in Seattle, and in February it was awarded a United Nations Environment Program Saskawa sustainability prize.

See More details :

AEoogle Search

AEoogle